Entri Populer

Senin, 01 Juni 2015

review artikel

REVIEW ARTIKEL TENTANG WEWENANG PENDIDIKAN


Menurut, Lubis Secara etimologis, istilah kewenangan berasal dari kata wewenang. Sedang menurut Bagir Manan istilah wewenang dengan kekuasaan Macht itu berbeda. Kekuasaan menurutnya hanya digambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Sedangkan wewenang memiliki pengertian yang lebih luas meliputi hak dan kewajiban. Secara teoritik, mengenai kewenangan dapat dilihat pendapat H.D.Stout (Ridwan HR 2006), yang mengatakan:”Wewenang merupakan pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelasakan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenan dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik di dalam hubungan hukum public”.
Pandangan yang melihat lebih jauh pada sisi tindakan yaitu ungkapan P. Nicolai dalam bukunya,mengatakan:” Bahwa Kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengakibatkan akibat hukum, dan mencakup mengenai timbul dan lenyapnya akibat hukum. Hak berisi kebebasan untuk melakukan atau tindakan melakukan tindakan tertentu, atau menuntut pihak lain untuk melakukan tindakan tertentu, sedangkan kewajiban memuat keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan”.

B. FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.

Fungsi dari pendidikan islam adalah antara lain: 1). Penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan-peranan masa hadapan dan pemindahan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan peranan-peranan tersebut. 2). Pemindahan pengetahuan kepada generasi muda. 3). Pemindahan nilai-nilai dari generasi tua kepada generasi muda. 4). Mendidik anak didiknya beramal di dunia ini untuk memetik hasilnya di akhirat.

review film

REVIEW : HIJRAH CINTA





“Maukah kamu menjadi saksi perubahan hidupku?”
“Aku mau, sampai kapanpun...”

Lewat tatapan penuh makna di sebuah dermaga, Uje (Alfie Affandy) melontarkan pertanyaan yang menyiratkan keinginannya membawa Pipik (Revalina S Temat) naik ke pelaminan, untuk mendampinginya dalam menemukan kembali jalan seharusnya setelah tersesatkan di neraka duniawi yang sekilas menawarkan kenikmatan tiada tara. Tanpa ada keraguan, meyakini bahwa lelaki di hadapannya memiliki tekad kuat untuk berubah sekaligus kemampuan menuntun ke arah yang diridhoi Allah SWT, Pipik memastikan kesediaannya. Air mata penonton pun serta merta berlinangan. Inilah salah satu momen terbaik yang bisa Anda kenang di Hijrah Cinta... dan bukan menjadi satu-satunya. Sebuah kejutan telah menanti bagi siapapun yang penuh kerelaan menyisihkan sedikit waktu pula uangnya yang berharga untuk menyimak Hijrah Cinta di layar lebar. Ini tidak seperti bayangan kebanyakan orang yang mengantisipasinya sebagai ‘film biopik berbumbu reliji lainnya, tak berbeda dengan sudah-sudah’, karena Hijrah Cinta lebih dari itu.

Seperti halnya kisah biografi seorang termashyur yang pernah Anda simak, maka pencapaian puncak sang tokoh tidaklah digapai dengan mudahnya. Ustad Jefri Al-Buchori – atau akrab disapa Uje – pun mengalami pengalaman pahit manis serupa dalam membangun karir serta reputasinya yang mengesankan sebagai seorang ‘ustad seleb’. Terlahir multitalenta, Uje terperosok ke titik gelap kehidupan saat meniti karir di dunia hiburan. Pergaulan bebas penuh hura-hura menyeretnya pada seorang bandar, Yosi (Ananda Omesh), yang memperkenalkannya pada barang-barang haram. Dari awalnya sekadar coba-coba belaka, perlahan tapi pasti Uje mulai kecanduan dan sulit melepaskannya dari genggaman. Kehidupannya pun serta merta berantakan. Keluarga mengusir, sahabat menjauh, dan pekerjaan mengucap selamat tinggal. Ketika segalanya tampak hanya bisa lebih buruk, Tuhan memberikan jalan keluar atas segala derita yang dihadapi oleh Uje lewat seorang model cantik bernama Pipik. Berkat Pipik, kesediaan Uje untuk merubah diri yang semula hanya terucap di bibir saja diwujudkan.

Ya, Hijrah Cinta tidaklah seperti film kebanyakan bergenre seragam yang banyak bermunculan di sinema Indonesia belakangan ini: kelewat verbal dalam mencorongkan pesan moral, berdampak pada gaya tutur yang terkesan menceramahi seolah-olah tengah mendengarkan seorang Khatib berkotbah. Tidak. Lantunan kisah (yang sebetulnya sarat pesan) disampaikan secara lembut tanpa pernah menjelma layaknya mimbar, apalagi berapi-api, malah memberi kesempatan bagi Hijrah Cinta untuk memiliki momen-momen dengan integritas dan pesonanya sendiri. Tim Dapur Film menggodok naskah dalam tingkat kematangan yang pas untuk kemudian disajikan oleh Indra Gunawan – inilah debut penyutradaraannya setelah beberapa kali menjabat sebagai co-director – secara cantik. Memastikan telinga penonton tidak gatal lantaran dijejali dialog-dialog yang (maunya sih) memberi pencerahan. Phew.

Hal lain yang bikin film terasa menyedapkan, Hijrah Cinta dipersenjatai performa kelas kampiun dari jajaran pemainnya. Dua jempol layak disematkan untuk tim kasting yang jeli memilih pemain. Revalina S Temat sekali lagi menunjukkan kelasnya sebagai salah satu aktris papan atas di Indonesia. Sosok Pipik yang bersahaja, penyabar, keibuan, sekaligus rapuh diproyeksikannya secara tepat sasaran lewat akting penuh penjiwaan dengan ekspresi yang berbicara banyak, membuat penonton tidak kesulitan terkoneksi dengannya sampai-sampai turut berempati atas segala cobaan yang dideranya. Adegan Uje sakau menjadi ‘big moment’ untuknya. Begitu pula Alfie Affandy yang secara timbre suara mendekati almarhum. Coba Anda pejamkan mata saat dia melantunkan ‘I’tiraf’, bukankah terdengar sangat Uje? Ditinjau dari air muka pun sebelas dua belas, memiliki nilai akurasi yang tinggi, sehingga mudah untuk mempercayai bahwa almarhum Uje lah yang tengah berlakon di layar, bukan Alfie. Yup, he’s that good!

Tentu, sebagai sebuah film yang diformulasikan sebagai film biopik dengan kehebatan cinta sejati di baliknya, Hijrah Cinta membutuhkan satu kata kunci: emosi. Letak kesuksesan film bergantung pada seberapa jauh film mampu mempermainkan emosi penonton sedemikian rupa... dan Hijrah Cinta menyanggupinya. Sepanjang durasi yang mengalun nyaris dua jam, emosi dipompa nyaris tiada henti demi mengikuti jalinan kisah sarat konflik meliuk-liuk mengikuti naik turunnya perjuangan Uje mencapai tatanan hidup lebih baik. Tidak ada pengkultusan di sini, Uje ditampilkan apa adanya bak manusia kebanyakan yang sarangnya lupa dan khilaf. Dengan pola pengisahan semacam ini, para penggemar tontonan tearjerker tentu akan terbahagiakan. Bekal tissue yang disisipkan di kantong celana (atau tas) tak jadi sia-sia, malah sungguh membantu untuk mengusap air mata yang beberapa kali membasahi pipi. Bagusnya, skoring musik yang ditangani oleh Andhika Triyadi pun tidak ‘kejam’ menghajar tanpa ampun, melainkan mengalun dengan halus yang justru efektif menebalkan sisi dramatis pada film. Membuat penonton semakin tidak berdaya untuk menjaga mata tetap kering, termasuk penonton yang pada awalnya meremehkan Hijrah Cinta lantaran alergi film reliji maupun bukan penggemar Uje sekalipun. Sangat bagus!

Senin, 18 Mei 2015

Kepadamu yang akan menjadi Imamku kelak..

...Kepadamu yang akan menjadi pendampingku kelak... 
Terima kasih kerana telah memilihku di antara ribuan bidadari di luar sana yang siap untuk kau pilih.... Padahal kau begitu tahu, aku hanya wanita biasa, yang sangat jauh dari sempurna. Kerananya ku ingin kau tau,aku bukan wanita yang sempurna, aku begitu banyak kekurangan. Maka ketahuilah...
 Kepadamu yang akan memilihku kelak... Aku tak sebijak bunda Khadijah, kerananya ku ingin kau tau, aku bisa saja berbuat salah dan begitu membuatmu marah. Maka ku mohon padamu, bijaklah dalam menghadapiku, jangan marah padaku, nasihati aku dengan hikmah, kerana bagiku kaulah pemimpinku, tak akan berani ku durhaka kepadamu... Duhai kau yang yang telah memilihku kelak.... Ingatlah, tak selamanya aku dapat tampak cantik di matamu, ada kalanya aku akan terlihat begitu kusam dan jelek. Mungkin kerana aku begitu sibuk berjibaku di dapur, untuk menyiapkan makan untukmu dan malaikat2 kita nanti -InsyaAllah-. Maka, aku akan tampak kotor dan bau asap. Atau kerana seharian ku harus membenahi istana kecil kita, agar kau dan malaikat kita dapat tinggal dengan nyaman dan sehat. Maka mungkin aku tidak sempat berdandan untuk menyambutmu sepulang bekerja. Ataukah kau akan menemukanku terkantuk-kantuk saat mendengar keluhan dan ceritamu, bukan karena aku tak suka menjadi tempatmu menumpahkan segala rasamu,tapi semalam saat kau tertidur dengan nyenyak,aku tak sedetikpun tertidur kerana harus menjaga malaikat kecil kita yang sedang rewel, dan ku tau kau letih mengais rezeki untuk kami maka tak ingin ku mengusik sedikit pun lelapmu.. Jadi jika esok pagi kau mendapatiku begitu letih dan ada lingkaran hitam di mataku, maka tetaplah tersenyum padaku, kerana kau adalah kekuatan ku... 
 Padamu yang menjadi nahkoda dalam hidupku kelak... Ketahuilah, aku tak sesabar Fatimah, ada kalanya kau akan menemukanku begitu marah, menangis dan tak terkontrol, bukan kerana ku membangkang padamu, tapi aku hanya wanita biasa, aku juga butuh tempat untuk menumpahkan beban di hatiku, tempat untuk melepaskan penatku, dan mungkin saat itu aku tak menemukanmu, atau kau begitu sibuk dengan pekerjaanmu, maka bersabarlah, yang ku butuhkan hanya belaianmu... Karena bagiku kau adalah tetesan embun yang mampu memadam segala resahku...
 Padamu yang menjadi imam dalam hidupku kelak... Ketahuilah, aku tak secerdas Aisyah.. Maka jangan pernah bosan mengajariku, membimbingku ke arah-NYA.. Jangan segan membangunkan ku di sepertiga malam untuk bersamamu bermunajat pada Kekasih yang Maha Kasih.. Jangan letih mengingatkanku untuk terus bersamamu mendulang pahala dalam amalan2 sunnah.. Bimbing tangan ku ke Jannah_NYA agar kau dan aku tetap bersatu di dalamnya...